Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh
(Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman
Studies on Morphological and Phylogenetic Relationship of Salak Pondoh
Varieties (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) at Sleman Highlands.
HERWIN SUSKENDRIYATI, ARTA WIJAYATI, NUR HIDAYAH, DEWI CAHYUNINGDARI
Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Diterima: 2 Juni 2000. Disetujui: 24 Juni 2000
ABSTRACT
The objectives of the study were to know the morphological variation of salak-plants (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.
and their relationship. The study was conducted in May to April 2000, at Turi and Pakem of Sleman district,
Yogyakarta. Samples were randomly taken, 5 plants of each variety were studied their morphological characters such
as stem, leaf, flower and fruit. The data collected were then analyzed descriptive comparatively and their relationships
were then determined. The result of the study indicate that there were at least 8 varieties of salak at Sleman district,
green-, black-, yellow-, manggala-, red-yellow-, golden-, red-, and red-black pondoh. Morphological differences
among varieties were markedly different. The closest relationship was found between variety of red-black- and black
pondoh, while the farthest relationship among the varieties was manggala pondoh.
© 2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: Salacca zalacca (Gaert.) Voss.), morphology, variety.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara tropis yang
kaya akan buah-buahan, beberapa
diantaranya merupakan buah unggul yang
rasa dan aroma buahnya memenuhi selera
masyarakat banyak. Prioritas penelitian
tanaman buah unggul asli Indonesia adalah
manggis, mangga, duku, durian, rambutan,
pisang, jeruk dan salak (Santoso, 1990). Salak
banyak digemari masyarakat, baik dimakan
segar, maupun diolah menjadi manisan dan
asinan (Kusuma dkk., 1995).
Tanaman salak (Salacca zalacca (Gaert.)
Voss.) diduga berasal dari Pulau Jawa dan
sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun
silam. Pada masa penjajahan, tanaman ini
dibawa ke pulau-pulau lain dan akhirnya
tersebar luas sampai ke Filipina, Malaysia,
Brunei dan Thailand (Nazarudin dan
Kristiawati, 1997). Masyarakat Deli, Sunda,
Jawa, Madura, Bali menyebutnya salak,
masyarakat Minang, Makasar dan Bugis
menamainya sala, sedang masyarakat
Kalimantan menyebutnya hakam atau tusum
(Anonim, 1992). Daerah sebarannya yang luas
menyebabkan banyak ragam varietas salak.
Keragaman ini semakin meningkat sejalan
dengan penggunaan biji sebagai sarana
pembiakan. Varietas salak umumnya dikenal
berdasarkan daerah tumbuhnya. Salak
pondoh dan salak bali merupakan varietas
yang memiliki nilai komersial tinggi (Kusuma
dkk., 1995).
Tanaman salak memerlukan curah hujan
rata-rata 200-400 mm per bulan. Tanaman ini
tidak menyukai penyinaran penuh, intensitas
sinar yang dibutuhkan berkisar 50-70%,
sehingga perlu tumbuhan penaung. Salak
tumbuh dengan baik pada tempat beriklim 60 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 2, Juli 2000, hal. 59-64
basah dengan pH sekitar 6,5, berupa tanah
pasir atau lempung yang kaya bahan organik,
dapat menyimpan air dan tidak tergenang,
karena sistem perakarannya dangkal
(Santoso, 1990; Anonim 1982). Temperatur
optimal 20-30
o
C, apabila kurang dari 20
o
C
perbungaan akan lambat, bila terlalu tinggi
akan menyebabkan buah dan biji membusuk
(Santoso, 1990). Salak tumbuh baik dari
dataran rendah sampai ketinggian sekitar 700
m dpl dan dapat berbuah sepanjang tahun,
khususnya pada bulan Oktober dan Januari
(Sastroprodjo, 1980).
Klasifikasi
Tanaman salak dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Steenis, 1975; Tjitrosoepomo,
1988):
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Principes
Familia : Palmae
Genus : Salacca
Spesies : Salacca zalacca (Gaert.) Voss.
Sinonim : Salacca edulis Reinw.
Deskripsi
Tanaman salak termasuk golongan pohon
palem rendah yang tumbuh berumpun. Batang
hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah
daun yang sangat rapat. Batang, pangkal
pelepah, tepi daun dan permukaan buahnya
berduri tempel. Pada umur 1-2 tahun batang
dapat tumbuh ke samping membentuk beberapa tunas yang akan menjadi anakan atau
tunas bunga. Tanaman salak dapat tumbuh
bertahun-tahun hingga ketinggiannya mencapai tinggi 7 m (Anonim, 1992; Santoso, 1990).
Daun tersusun roset, bersirip terputus,
panjang 2,5-7 m (Santoso, 1990). Anak daun
tersusun majemuk, helai daun lanset, ujung
meruncing, pangkal menyempit. Bagian
bawah dan tepi tangkai berduri tajam. Ukuran
dan warna daun tergantung varietas (Anonim,
1992).
Tanaman salak termasuk tumbuhan
berumah dua, bunga kecil muncul di ketiak
pelepah, mekar selama 1-3 hari. Ketika masih
muda diselubungi seludang yang berbentuk
perahu. Simetri radial, mempunyai tiga daun
kelopak dan tiga daun mahkota, kadangkadang struktur kelopak dan mahkota tidak
dapat dibedakan. Kuntum bunga dibedakan
menjadi kuntum besar dan kecil. Keduanya
bersatu dalam satu dasar bunga yang memiliki
satu putik dengan satu bakal biji. Bunga
jantan, terdiri dari stamen tanpa putik, banyak,
rapat, panjang, tersusun seperti genteng,
simetri radial. Bunga mempunyai mahkota dan
mata tunas bunga kecil-kecil yang rapat, satu
kelompok terdiri dari 4-14 malai. Satu malai
terdiri dari ribuan serbuk sari. Panjang seluruh
bunga sekitar 15-35 cm, sedang panjang
malai 7-15 cm. Bunga betina hanya
menghasilkan putik, berbentuk agak bulat.
Mempunyai mahkota dan mata tunas dengan
satu putik dan bakal biji yang tersusun dalam
kuntum. Satu kelompok terdiri dari 1-3 malai,
setiap malai mengandung 10-20 bakal buah.
Panjang bunga seluruhnya 20-30 cm, panjang
malai 7-10 cm. Warna hijau kekuningan lalu
merah dan sebelum mekar sempurna bunga
sudah berwarna kehitaman. Selain bunga
jantan dan betina terdapat pula bunga
hermaprodit (Anonim, 1992; Steenis, 1975;
Backer dan Bakhuizen v.d. Brink, 1968).
Akar serabut, menjalar datar di bawah
tanah. Daerah perakaran tidak luas, dangkal
dan mudah rusak jika kekeringan atau
kelebihan air. Perkembangan akar sangat
dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah,
pemupukan, tekstur tanah, sifat fisik tanah,
sifat kimia tanah, air tanah dan lain-lain. Untuk
menjaga akar tetap tumbuh, maka perlu
diadakan penimbunan dan setelah muncul
akar-akar muda, akar yang tua dipotong
(Tjahjadi, 1995; Santoso, 1990).
Buah umumnya berbentuk segitiga, bulat
telur terbalik, bulat atau lonjong dengan ujung
runcing, terangkai rapat dalam tandan buah di
ketiak pelepah daun. Kulit buah tersusun
seperti sisik-sisik/genteng berwarna cokelat
kekuningan sampai kehitaman. Daging buah
tidak berserat, warna dan rasa tergantung
varietasnya. Dalam satu buah terdapat 1-3 biji.
Biji keras, berbentuk dua sisi, sisi dalam datar
dan sisi luar cembung (Anonim, 1992; Steenis,
1975).
Keanekaragaman
Varietas salak dibedakan berdasarkan
tekstur daging buah, warna kulit buah, besar
buah, aroma dan rasa daging buah, serta
habitus. Perbedaan ini tidak hanya terjadi
pada tanaman salak dari sentra produksi yang
berbeda, tetapi juga antar tanaman dalam satu
daerah (Hambali, 1994). Fenomena ini
menyebabkan tanaman salak yang sudah
dikelompokkan atas dasar sistem klasifikasi/ SUSKENDRIYATI dkk. – Salak Pondoh di Sleman 61
taksonomi, masih menunjukkan keanekaragaman di antara anggota setiap populasi
(Sofro, 1994). Varietas baru dapat muncul
karena faktor lingkungan dan variasi genetis,
misalnya akibat penyerbukan silang
(Heywood, 1967). Perbedaan dan persamaan
kemunculan morfologi luar spesies suatu
tanaman dapat digunakan untuk mengetahui
jauh dekatnya hubungan kekerabatan.
Ciri-ciri morfologi luar yang dikontrol secara
genetis akan diwariskan ke generasi
berikutnya. Faktor lingkungan juga
berpengaruh terhadap ekspresi ciri tersebut,
meskipun hanya bersifat temporer.
Keanekaragaman dapat diamati pada individu
dalam satu kelompok populasi, antar
kelompok populasi dalam satu spesies dan
antar spesies (Sofro, 1994).
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan waktu
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Turi
dan Pakem, Kabupaten Sleman Yogyakarta
pada bulan April-Mei 2000.
Bahan dan Alat
Pengambilan Sampel
Alat yang digunakan adalah: tas, gunting
tanaman, pisau, benang, pensil, buku
lapangan, etiket gantung, dan altimeter.
Pengamatan Morfologi
Alat yang digunakan adalah: mikroskop stereo,
lampu penyorot, lensa pembesar, cawan petri,
jarum pemisah, pisau/silet, dan pinset.
Cara Kerja
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari lima tanaman secara
acak pada setiap varietas. Dari setiap
tanaman sampel diambil ibu tangkai daun
keempat dari pangkal batang, dan anak daun
kelimabelas. Di samping itu pada setiap
tanaman sampel diambil satu tandan buah
dan masing-masing tandan diambil lima buah
salak pondoh untuk diamati.
Pengamatan Morfologi
Kriteria yang diamati adalah: (1) morfologi
batang, tinggi tanaman; (2) morfologi daun :
susunan daun, warna permukaan daun atas,
warna permukaan daun bawah, warna
pelepah, jumlah anak daun, panjang ibu
tangkai daun, panjang anak daun, lebar anak
daun, panjang ujung daun, lebar ujung daun,
keadaan ujung daun, keadaan ibu tangkai
daun; (3) morfologi bunga: susunan bunga,
bentuk bunga jantan dan betina, warna
mahkota bunga, warna benang sari; (4)
morfologi buah: warna kulit buah, bentuk sisik,
bentuk buah, ujung buah, diameter buah,
warna biji, jumlah biji, daging buah, jumlah
buah per tandan; serta (5) morfologi duri.
Analisis data
Data yang di peroleh dari setiap varietas
dianalisis secara deskripsi komparatif untuk
menunjukkan adanya kesamaan dan
perbedaan morfologi. Kemudian data
ditabulasikan untuk menentukan hubungan
kekerabatan antar varietas (Sneath dan Sokal,
1973; Pielou, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Sleman merupakan sentra
produksi salak di Daerah Istimewa
Yogyakarta, terutama Kecamatan Turi,
Tempel dan Pakem. Buah salak yang sangat
terkenal dan digemari adalah salak pondoh,
karena rasanya sangat manis (Kusuma dkk.,
1995). Dalam penelitian di Kecamatan Turi
ditemukan dua varietas salak pondoh yang
banyak dibudidayakan, yaitu varietas gading
dan hijau. Sedang di Kecamatan Pakem
ditemukan enam varietas, yaitu varietas hitam,
kuning, merah, merah-kuning, merah-hitam
dan varietas manggala. Pada masa
mendatang masih ada kemungkinan
ditemukan varietas baru, mengingat
kemungkinan terjadi penyerbukan silang
(Santoso, 1990). Salak pondoh manggala
merupakan varietas terbaru dan mempunyai
ciri berbeda dengan pondoh lain (Peni, 1998).
Perbandingan morfologi
Dalam penelitian ini data morfologi yang
mampu bertindak sebagai sifat pembeda
sebanyak 14 buah, berasal dari daun dan
buah, sedang sifat-sifat morfologi lainnya
cenderung sama. Tabulasi ciri-ciri pembeda
morfologi kedelapan varietas tersebut
disajikan pada Tabel 1.
Habitat berbagai varietas salak di atas
mirip, yaitu terletak pada ketinggian sekitar
700 m dpl. dengan temperatur harian relatif
sejuk.
Tanaman salak ini berakar serabut dan 62 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 2, Juli 2000, hal. 59-64
dangkal, sehingga, memerlukan unsur zat
nutrisi dan air yang letaknya dekat dari
permukaan tanah. Untuk mencukupi nutrisi,
maka diadakan pemupukan berkala tiga tahun
sekali. Habitus tanaman salak seragam, yaitu
mirip pohon golongan palmae.
Daun tersusun menyirip, termasuk daun
sempurna yaitu mempunyai helai daun,
tangkai daun dan pelepah. Tangkai daun
tersusun roset, sehingga batang sangat
pendek dan seolah-olah tidak ada. Pada
permukaan tepi daun, pangkal dan ventral
tangkai daun terdapat duri tempel yang
warnanya relatif sama. Bentuk dasar daun
semua sama yaitu lanset, hanya berbeda
komposisinya. Warna permukaan atas daun
salak pondoh hijau, merah-hitam, hitam dan
salak pondoh manggala adalah hijau tua.
Warna permukaan atas daun salak pondoh
kuning dan salak pondoh merah-kuning
adalah hijau. Sedang untuk salak pondoh
merah dan gading berwarna hijau muda.
Semua varietas salak di atas memiliki warna
permukaan bawah daun putih.
Jumlah anak daun terbanyak terdapat pada
varietas gading, merah-hitam dan hitam yaitu
63-65 helai. Sedang jumlah anak daun
tersedikit terdapat pada varietas merah-hitam
dan hitam yaitu 60-62 helai. Varietas lain
didapatkan jumlah anak daun yang hampir
sama. Berdasarkan ukurannya, anak daun
terpanjang terdapat pada varietas hitam, dan
ukuran terpendek pada varietas manggala. Ibu
tangkai daun terpanjang terdapat pada
varietas gading dan terpendek pada varietas
merah, sedang keenam varietas lain hampir
sama. Panjang dan lebar anak daun
berbanding lurus, ukuran terbesar terdapat
pada varietas gading, sedang ukuran varietas
lain hampir seragam.
Tabel 1. Sifat pembeda berbagai varietas salak pondoh di Sleman
Varietas Salak Pondoh
No. Sifat Hijau Merah Kuning Hitam Merahkuning
Merahhitam
Manggala
Gading
D A U N
1. Warna permukaan
daun atas
hijau tua hijau
muda
hijau hijau tua hijau hijau tua hijau tua hijau
muda
2. Jumlah anak daun 61-63 62-64 63-65 60-62 61-63 60-62 54-55 64-65
3. Panjang ibu tangkai
daun (m)
5-5,15 3,25-3,4 5,2-5,15 4,43-4,45 4,28-4,30 4,5-4,55 4,65-468 5,5-5,9
4. Panjang anak daun
(cm)
61-64 63-66 61-63 76-78 61-63 69-71 55-57 78-75
5. Lebar anak daun 4-4,5 4-4,5 4-5,5 5,5-6 4-4,5 4-4,5 4-4,5 4-4,5
6. Panjang ujung anak
daun
45-47 35-37 46-48 55-57 48-50 51-53 48-50 49-51
7. Lebar ujung anak daun 37-39 31-32 38-39 43-43,5 36-37,5 42-43 50-51,5 52-55
8. Keadaan ujung anak
daun
bergigi bergigi bergigi bergigi bergigi bergigi membulat bergigi
B U A H
9. Duri pada buah hijau
kehitaman
merah
kehitaman
coklat coklat merah hitam hitam merah
10. Warna kulit buah coklat
kehitaman
coklat
kemerahan
hitam hitam merah kekuningan
hitam
kemerahan
coklat kuning
cerah
11. Bentuk buah segitiga
pantat
besar
segitiga
pantat
besar
segitiga segitiga segitiga
pantat
besar
bulat oval oval
12. Ukuran buah runcing runcing runcing runcing meruncing tumpul runcing runcing
13. Jumlah buah per
tandan
4-20 20-35 14-20 14-20 25-30 10-15 10-14 8-10
14. Diameter buah 3-4 4,5 3 3 4 5 4,5 SUSKENDRIYATI dkk. – Salak Pondoh di Sleman 63
Duri tersebar tidak merata, sangat banyak
pada pangkal tangkai daun dan tersebar
jarang di ventral tangkai. Duri juga terdapat di
seluruh permukaan buah salak dan tepi
helaian daun. Warna duri pada tangkai daun
hampir sama yaitu coklat sampai kehitaman,
sedang untuk varietas gading duri lebih
spesifik, warnanya kuning cerah dan panjangpanjang. Duri pada permukaan kulit buah
memiliki warna yang bervariasi (periksa Tabel
1). Varietas gading mempunyai keistimewaan,
dimana duri tidak terlalu tajam dan tidak keras.
Morfologi buah salak bervariasi, tergantung
dari varietasnya, meskipun demikian dalam
penelitian ini kedelapan varietas yang
ditemukan memiliki rasa dan tekstur yang
manis dan masir, mulai dari yang masih muda
sampai tua, kecuali varietas gading, dimana
rasa daging buah yang manis hanya
didapatkan pada buah salak yang benar-benar
tua. Jumlah anak buah dan biji pada satu buah
salak bervariasi tergantung besar kecilnya
ukuran buah. Warna biji seragam, dari yang
berumur muda berwana putih, menuju ke tua
berwarna kecoklatan sampai hitam.
Bentuk buah salak biasanya oval sampai
bulat, dengan ujung meruncing dan pantat
membulat. Bentuk ini bervariasi mulai dari
yang berpenampakan seperti segitiga pada
varietas hijau, merah, kuning dan merahkuning, bentuk oval pada varietas manggala
dan gading, serta bentuk bulat pada varietas
hitam dan merah-hitam. Jumlah buah dalam
setiap tandan bervariasi. Jumlah terbesar
terdapat pada varietas merah, dan terkecil
pada varietas gading. Sementara keenam
varietas lain jumlahnya rata-rata hampir sama,
yaitu antara 10-20 buah per tandan.
Kulit buah salak tersusun seperti genteng,
dengan warna bervariasi. Pada varietas hijau
berwarna coklat kehitaman, pada varietas
merah hijau berwatna merah kehitaman, pada
varietas kuning berwarna coklat, pada varietas
hitam berwarna hitam, pada varietas merahkuning berwarna merah dan pada varietas
merah-hitam berwarna hitam. Sedang pada
varietas manggala berwarna hitam dengan
lorek, sehingga disebut salak lorek. Pada
varietas gading warnanya sangat mencolok,
yaitu kuning cerah. Berbagai variasi warna
kulit buah ini sering digunakan untuk
mempermudah identifikasi.
Dalam penelitian, semua tanaman salak
yang ditemukan berumah dua, dimana bunga
jantan dan bunga betina terpisah. Bunga
jantan maupun betina tersusun dalam tipe
perbungaan tongkol. Bunga jantan tersusun
seperti genteng, mempunyai benang sari yang
banyak berwarna kuning. Sebelum mekar baik
bunga jantan maupun bunga betina
diselubungi oleh seludang. Bunga betina
mempunyai mahkota umumnya merah muda.
Khusus varietas gading, mahkota bunga
berukuran lebih besar dan berwarna lebih tua.
Dalam penelitian ini morfologi bunga tidak
digunakan sebagai ciri pembeda varietas,
karena kenampakan umumnya mirip sekali
dan sulit dibedakan.
Dendrogram hubungan kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri pembeda pada Tabel
1, maka susunan dendrogram hubungan
kekerabatan antara delapan varietas salak
pondoh di Kabupaten Sleman disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Bagan dendogram hubungan kekerabatan
salak pondoh di dataran tinggi Sleman
Dendogram menunjukkan bahwa hubungan
kekerabatan terdekat terjadi antara varietas
hitam dengan merah-hitam, dengan indeks
similaritas tertinggi 78%. Diikuti oleh varietas
hijau dan kuning dengan indeks similaritas
71%. Hubungan kekerabatan selanjutnya
antara tiga varietas merah, merah-kuning dan
gading dengan indeks similaritas 64%.
Hubungan kekerabatan terjauh dimiliki oleh
varietas manggala dengan indeks similaritas
78
71
64
50
Hitam
Merah-hitam
Hijau
Kuning
Merah
Merah-kuning
Gading
Manggala 64 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 2, Juli 2000, hal. 59-64
50%. Salak manggala ini merupakan varietas
terbaru yang kini mulai dikembangkan.
Prospek budidaya dan pelestarian
Prospek budidaya dan pemasaran salak
pondoh di Kabupaten Sleman, DIY sangat
cerah, karena kondisi mikroklimatnya sesuai
untuk bertanam, serta rasa daging buahnya
sangat khas dan digemari. Budidaya yang
dilakukan masyarakat secara besar-besaran
menyebabkan biaya produksi menjadi murah,
sehingga harga buah salak pondoh di pasaran
relatif terjangkau.
Dari delapan varietas salak pondoh di
Sleman yang mempunyai nilai jual tertinggi
adalah varietas gading dan varietas manggala.
Hal ini dikarenakan kedua varietas tersebut
memiliki ukuran buah relatif lebih besar,
rasanya lebih manis dan belum banyak
dikembangkan oleh masyarakat sehingga
terkesan eksklusif.
Sebagaimana umumnya tanaman budidaya
yang bernilai ekonomi tinggi, maka
kemungkinan terjaganya kelestarian sumber
plasma nutfah salak pondoh sangat tinggi.
Meskipun demikian pertanian massal selalu
memilih komoditas paling bernilai, sehingga
kemungkinan punahnya varietas salak pondoh
yang nilai ekonominya lebih rendah
dibandingkan varietas terbaru dapat terjadi.
Sebagaimana telah terjadi pada salak varietas
non pondoh, misalnya salak Bali atau
Banyumas, yang kini hampir tidak dapat
ditemukan lagi di dataran tinggi Sleman.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat delapan varietas salak di dataran
tinggi Sleman, yaitu varietas pondoh hijau,
pondoh hitam, pondoh kuning, pondoh
manggala, pondoh merah-kuning, pondoh
gading, pondoh merah, pondoh merah-hitam.
Setiap varietas menunjukkan keanekaragaman morfologi yang cukup besar. Adapun
hubungan kekerabatan terdekat pada delapan
varietas tersebut terdapat pada varietas
pondoh merah-hitam dengan pondoh hitam,
sedangkan hubungan kekerabatan terjauh
dimiliki oleh salak pondoh manggala terhadap
varietas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1982. Bertanam Pohon Buah-buahan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Anonim. 1992. 18 Varietas Salak. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Backer, C.A. dan R.C. Bakhuizen van den Brink. 1968.
Flora of Java. Volume III. Groningen: Wolters
Noordhoff.
Hambali, G. 1994. Spesies dan Varietas. Jakarta:
Trubus.
Heywood, V.H. 1967. Plant Taxonomy. New York: St.
Martin’s Press.
Kusumo, S., A.B. Farid, S. Sulihanti, K. Yusri, Suhardjo
dan T. Sudaryono. 1995. Teknologi Produksi Salak.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Holtikultural Badan Peneltian dan Pengembangan
Departemen Pertanian.
Nazaruddin dan Kristiawati. 1997. Varietas Salak.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Peni, S. 1998. Manggala Terenak dan Terbesar dari
Kerajaan Pondoh. Jakarta: Trubus.
Pielou, E.C. 1984. The Interpretation of Ecological Data.
A Primer on Classification and Ordination. New York:
John Wiley & Sons.
Santoso, H.B. 1990. Salak Pondoh. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Sastroprodjo, S. 1980. Fruits. IBPGR Scretariat Home.
Sofro, A.S.M. 1994. Keanekaragaman Genetik.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sneath, P.H.A. dan R.R. Sokal. 1973. Numerical
Taxonomy. San Francisco: W.H. Freeman & Co.
Steenis, C.G.G.J. van. 1975. Flora Untuk Sekolah di
Indonesia. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Tjahjadi, N. 1995. Bertanam Salak. Yogyakarta:
Kanisius.
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan
Spermatophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. SUSKENDRIYATI dkk. – Salak Pondoh di Sleman 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar